Filosofi Gapura Indung Rahayu Purwakarta
Kabupaten Purwakarta merupakan merupakan salah satu daerah yang konsisten
dalam mempertahankan nilai-nilai budaya , khususnya budaya sunda. Hal tersebut dapat
dilihat dari berbagai hiasan yang terdapat di sepanjang jalan kota seperti
patung-patung , lampion , air mancur , cetok atau caping ,serta gapura berbentuk unik yang terdapat di setiap Gerbang
perbatasan maupun di tiap-tiap bangunan penting seperti kantor pemerintahan
,hingga sekolah-sekolah.
Dibalik keindahan gapura yang menghiasi
kabupaten ini , terkandung nilai filosofi tinggi baik dalam nama dari gapura
itu sendiri maupun filosofi desain gapura tersebut.
Gapura yang dinamakan Gapura Indung Rahayu
tersebut memiliki arti Ibu sebagai akar Kemuliaan Hidup , nama ini merujuk pada
filosofi kesundaan “Indung Tunggul Rahayu”.
Gapura
Indung Rahayu mulai dibangun pada tahun 2008 di sebagian besar wilayah kabupaten
Purwakarta , dan sejak saat itu menjadi ciri khas yang terlihat mulai dari
wilayah kota sampai dengan pelosok pedesaan.
Pembangunan gapura ini merupakan gagasan
Bupati Purwakarta Kang Dedi Mulyadi yang dimaksudkan menyampaikan makna dari Pintu
interaksi dengan dunia luar dan symbol Inklusifitas , simbol keterbukaan dan memberi
maaf , serta membuat Purwakarta seakan menawarkan keterbukaan keramahan pada dunia.
Gapura ini memiliki alas persegi berbentuk
kubus yang pada bagian atasnya
terdapat 3 (tiga) lekukan utama yang melambangkan “Tri
Tangtu Jaya Dibuana” atau 3 (tiga) ketentuan Hidup .
Lekukan pertama melambangkan Rama yakni kaum cendikiawan atau akademisili , lalu Lekukan kedua melambangkan Resi yakni kaum agamawan dan Lekukan ketiga melambangkan Prabu yang bertugas merumuskan dan menjalankan arah kebijakan Negara .
Selain nilai-nilai
tersebut , gapura ini juga sebagai wujud memuliakan perempuan khususnya seorang
ibu yang merupakan akar kemuliaan hidup. Manusia akan memperoleh kemuliaan
manakala dirinya memperoleh pengampunan dari sang Ibu.
Komentar
Posting Komentar